Minggu, 16 Februari 2014

Keutamaan Menyantuni Fakir Miskin dan Orang-orang Lemah dari Kaum Muslimin

Alhamdulilah, shalawat dan salam semoga senanantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhamad SAW beserta keluarga dan sabatnya
Yang tidak bersedih tatkala melihat anak kecil yan telantar di jalanan, janda-janda yang berusaha mendiamkan tangis anaknya karena kelaparan, dan fakir miskin yang tidak tahu harus bagaimana mereka bertahan hidup. Terlebih lagi, orang-orang yang sedang tertimpa musibah, kehilangan ayah, ibu serta semua yang ia miliki bahkan mungkin masa depannya.
Alangkah indahnya bila kita berbagi dengan mereka, elihat keceriaan yang terpancar dari mata seorang anak yang merindukan belaian kasih saying orang tuanya, melihat seorang ibu yang tersenyum bahagia karena bias memberikan sepotong roti unutk mengisi perut anaknya yang sedang menangis karena lapar. Bahagia rasanya apabila bias membantu melepaskan sedikit beban hidup mereka dengan member sebagian rezeki yang Allah titipkan kepada kita, walaupun itu hanya sekedar bias membantu mereka hanya satuhari dari kelaparan, disbandingkan dengan kita yang Allah beri kenikmatan mempunyai tempat berlindung dari panas dan hujan, pikiran yang tenang karena makanan yang akan kita makan besok bahkan satu bulan mendatang sudah tersedia.
Namun, fenomena yang ada, banyak diantara kita yang Allah beri kelebihan harta dan kemampuan financial belum terketuk hatinya untuk lebih memperhatikan nasib kaum dhuafa dan fakir miskin. Tidak tahukah mereka di dalam rezeki yang Allah titipkan kepada kita ada hak-ak orang lain yang haruskita berikan. Dan bukankah kaum muslimin adalah bersaudara, ia adalah satu tubuh yang akan merasakan sakitnya penderitaan saudaranya, merasakan kepayahan sebagaimana dirasakan saudaranya? Mudah-mudahan melalui tulisan ini, tergerak hti kita untuk dapat membuat tersenyum kaum dhuafa, menuntun anak-anak yatim untuk menggapai masa depannya, membantuk nasib malang orang-orang yang memiliki cacat mental maupun fisik untuk melasungkan kehidupannya, dan menyeka tangis-tangis orang yang sedang dirundung duka.


KEDUDUKAN FAKIR MISKIN DALAM ISLAM

Saudaraku yang dirahmati Allah, jangan pernah anda menyangka bahwa nasib fakir miskin dan kaum dhuafa selalu terbelakang, sehingga dalam setiap acara walimah mereka selalu menjadi nomor terakhir atau sisa-sisa para pejabat dan orang-orang kaya. Anda selalu menganaktirikan mereka karena mereka adalah orang-orang yang rendah status sosialnya. Akan tetapi, Islam sangat memuliakan merekan dan menjaga hak-hak mereka.
Suatu ketika Saad bin Waqqash menuturan, “Kami bersama Rasulullah enam orang, maka orang-orang musrik berkata kepada Rasulullah ‘usir saja mereka, supaya tidak terjadi kelancangan adab mereka kepada kami, (enam orang itu adalah) saya, Ibnu Mas’ud, laki-laki dari Hudzail, Bilal, dan dua laki-laki yang tidak ku sebut namanya, maka terjadilah ketidak enakan di hati Rasulullah tentang hal tersebut, maka turunlah Firman Allah dalam suat al-An’am ayat 56, ntuk tidak menggubris ucapan orang–orang musyrik tersebut.
Dari Sahal bin Saad as-Saidi berkata, “Ada seorang laki – laki yang berjalan melewati Rasullullah, maka Rasulullah berkata kepada sahabat yang duduk disebelahnya, ‘Bagaimana menurutmu oang tersebut?’ Ia berkata , ‘Laki-laki dari golongan atas, demi Allah. Laki-laki ini jika ia melamar pasti diterima, jika meminta syafa’at pasti diberi.’ Maka Rasulullah terdiam, lalu ada laki-laki lain yang jalan melewati beliau, maka beliau berkata kepada sahabat yang duduk di sebelahnya tadi, ‘bagaimana pendapatmu dengan orang ini?’ Ia berkata, ‘Wahai Rasulullah laki-laki ini termasuk muslim yang fakir, ia pantasnya, jika melamar tidak pernah diterima, jika meminta syafa’at tidak pernah diberi, bahkan tidak jika ia berbicara tidak ada yang mau mendengarnya.’ Maka Rasulullah bersabda, ‘Orang ini lebih baik daripada sepenuh bbumi semisal orang sebelumnya.’” (HR. Bukhari: 4803)
Rasulullah bersabda: “Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah, diundang orang-orang kaya dan dibiarkan orang-orang fakir.” (HR. Bukhari:4882, Muslim: 1432)


PERINTAH MENYANTUNI FAKIR MISKIN DAN ORANG LEMAH

Sebanyak banyak Al-Qur’an dan hadist-hadist Nabi yang memerintahkan untuk menyantuni fakir miskin dan orang-orang lemah. Allah berfirman: “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memerimakan orang miskin (Q.S. Al-Ma’un [107]:1-3)
Rasulula bersabda, “Saya dan orang yang menanggunganak yatim atau lainnya di surge, dan orang yang membantu janda dan orang miskin seperti pejuang di jalan Allah (Shhih Jami’: 1476)
Rasululla juga bersabda, “Carilah (keridhoaan)ku melalui oang-orang lemah di antara kalian. Karena sesungguhnya kalian diberi rezeki dan ditolong dengan sebab orang-orang lemah di antara kalian.” (Silsilah Hadits Shahihah: 779)
Dari Abu Hurairah berkata, “sesungguhnya seorang laki-laki mengadu kpada Rasululah tentang keras hatinya, maka Rasulullah bersabda, ‘Jika engkau ingin hatimu lunak, maka berilah makan orang miskin dan usaplah kepala anak yatim.” (Silsilah Hadits Shahihah: 854)
Saudaraku, Jika anda merasa jauh dari Allah, jika anda malas beribadah, jika anda merasa paling hebat, jika anda merasa paling kaya, obatilah hati anda dengan menyantuni anak-anak yatim dan fakir miskin. Merekalah dokter-dokter penyakit hati.


DALAM KISAH MEREKA TERDAPAT PELAJARAN

Sungguh ketika kita membuka lembaran-lembaan hidp orang-orang saleh terdahulu, kita akan mendapati teladan yag bik. Benarlah apa yang dikatakan Abu Hanifah, “Kisah-kisah para ulama dan duduk bersama mereka lebih aku sukai dari pada menguasai beberapa bab fiqih. Karena dalam kisah mereka diajarkan berbagai adab dan akhlak luhur mereka (al-madkhal 1/164)
Adalah Ali bin Husain bin Ali, beliau bias memikul karung berisi roti setiap malam hari. Beliaupun membagi roti-roti tersebut ke rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau ngatakan: “Sesungguhnya sedekah secara sembunyi-sembunyi meredakan kemarahan Rabb”. Penduduk madinah tidak mengetahui siapa yang member mereka makan. Tatkla Ali bin Husain meninggal dunia, mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan setiap malamnya. Di punggung Ali bin Husain terlihat bekas hitam karena seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin madinah di malam hari. (Hilyatul Auliya’3/135-136).
Jika itu adalah teladan kaum salaf terdahulu, dan anda ingin mengetahui orang yang dekat zamannya dengan kita, maka lihatlah seorang ulama abad ini, Samahatusy Syaikh (yang mulia Syaikh) Abdul Aziz bin Baz yang baru wafat pada 27 Muharram 1420 H (13 Mei 1999). Putranya, Ahmad, berkata, “Syaikh akan marah pada kamiapabila sebagian orang-orang fakir melapor kepadanya bahwa mereka dicegah dari ikut makan, meski pengaduan itu tidak benar atau terlalu berlebihan. Beliau sanat mengasihani orang-orang fakir, berkeinginan supayatida melukai hati mereka. Beliau pernah memberikan cek kepada seorang miskin senilai 2.000 riyal, namun si miskin itu menambah angka nol pada cek tersebut sehingga (tertulis) 20.000 riyal, maka jadilah hitungan pada cek menyelisihi hitungan bilangan cek asli, maka cek dikembalikan (ditolak). Lalu si miskin itu kembali membawa cek Syaikh. Lalu mereka (para pegawai) memberitahu Syaikh akan hal itu, bahwa orang itu telah memalsukan cek. Tatkala Syaikh mengetahui hal itu maka beliau berkata, “Mungkin ia membutuhkannya. Tulislah untuknya cek senilai 20.000 riyal, hal itu karena kebutuhannya pada 20.000 riyal.”


BAGAIMANAKAH HARUS KITA PERBUAT?

Setelah anda membaca tulisan di atas, lantas bagaimana dengan kita? Masihah kerasnya hati kita menutupi belas kasih terhadap nasib fakir miskin di sekitar kita? Masihkah kecintaan kita terhadap harta benda dan kedudukan, melainkan hak-hak saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita? Tidak, sekali-kali tidak. Seorang muslim mengetahui bahwa sedekah tidaklah mengurangi harta, dan kebaikan pasti akan dibalas dengan kebaikan pula, dan sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan amal kebaikan seorangpun.

Rasulullah bersabda, “barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah akan memenuhi kebutuhannya dan barang siapa yang melepas kesusahan seorang muslim maka Allah akan melepas kesusahaanya pada hari kiamat (HR. Muslim: 1703)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar